get app
inews
Aa Text
Read Next : Festival Musik Tradisi Indonesia Resmi Dibuka Fadli Zon, Bukittinggi Dihipnotis Pitunang Ethnogroove

Tiga Maestro Musik Tradisi Sumatera Barat Terima Anugerah Kehormatan di FMTI 2025 Bukittinggi

Sabtu, 02 Agustus 2025 | 21:14 WIB
header img
Para penerima Anugerah Maestro FMTI 2025 berfoto bersama Menteri Kebudayaan Fadli Zon di panggung utama Pitunang Ethnogroove, Bukittinggi. Foto: Wahyu Sikumbang

BUKITTINGGI, iNewsPadang.id — Penghargaan tertinggi untuk dedikasi dan konsistensi dalam pelestarian musik tradisional diberikan dalam gelaran Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2025 di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menganugerahkan gelar "Anugerah Maestro" kepada tiga tokoh budaya lintas daerah, yaitu Golou Tasirikeru dari Mentawai, Mak Lenggang (M. Halim) dari Sumatera Barat, dan Amril Agam 'Gamad', maestro musik Gamad khas Minangkabau.

Pemberian penghargaan ini dilaksanakan dalam seremoni megah di panggung utama “Pitunang Ethnogroove” yang merupakan bagian dari FMTI 2025, Jumat malam, 1 Agustus 2025, di Lapangan Stadion Ateh Ngarai.

Ketiga maestro menerima piagam penghargaan langsung dari Menteri Kebudayaan RI, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., yang secara resmi membuka festival.

"Anugerah ini adalah bentuk apresiasi negara atas kiprah para maestro dalam menjaga nyala kebudayaan musik tradisi di tengah arus perubahan zaman," ujar Fadli Zon dalam sambutannya. Ia menambahkan, upaya para maestro telah menjadi fondasi penting dalam memperkuat ekosistem musik Indonesia yang inklusif, berbasis komunitas, dan kaya akan nilai warisan lokal.

Golou Tasirikeru diakui sebagai sosok sentral dalam pelestarian seni musik Mentawai yang selama ini kurang terangkat ke panggung nasional. Sementara Mak Lenggang (nama panggung M. Halim), dikenal luas sebagai penyambung napas saluang—alat musik tiup tradisional Minang—yang telah ia ajarkan dan pentaskan selama puluhan tahun. Sedangkan Amril Agam 'Gamad' dinobatkan atas perannya dalam menjaga eksistensi Gamad, genre musik Minangkabau yang khas dan mulai tergerus arus modernisasi.

Direktur Festival Pitunang Ethnogroove 2025, Indra Arifin, menyampaikan bahwa penghargaan ini bukan hanya bentuk simbolis, tetapi bagian dari upaya konkret mendorong regenerasi dan pelestarian. “Kami berharap kisah hidup dan semangat para maestro ini menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk turut menghidupkan musik tradisi,” ungkapnya.

Pitunang Ethnogroove, yang berarti pesona tradisi dalam alunan masa kini, menjadi panggung dialog antara warisan budaya dan inovasi. Dalam atmosfer yang penuh penghormatan, penampilan kolaboratif dari berbagai musisi tradisional dan kontemporer menambah khidmat momen penganugerahan.


Aksi energik para penabuh dalam penampilan pembuka Festival Musik Tradisi Indonesia 2025 yang memadukan tradisi dan nuansa kontemporer. Foto: Wahyu Sikumbang

Festival ini sendiri merupakan bagian dari program nasional FMTI yang digelar bergilir di empat provinsi: Lampung, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Jawa Tengah.

Di Bukittinggi, penyelenggaraan FMTI mendapat sambutan hangat dari pemerintah daerah. Wali Kota Bukittinggi, H.M. Ramlan Nurmatias, dan Wakil Wali Kota Ibnu Asis turut hadir mendampingi Menteri Fadli Zon dalam pemberian penghargaan.

“Kita jadikan musik tradisi sebagai soft power diplomasi Indonesia di panggung global,” tegas Fadli Zon, menutup pidatonya dihadapan para seniman, komunitas budaya, dan masyarakat yang memadati arena festival.

Editor : Wahyu Sikumbang

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut