RAMADAN Karim, bolehkah Muslim mengucapkan kalimat itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dapat merujuk pada penjelasan ulama.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin ditanya:
سئل العلامة ابن عثيمين رحمه الله:عن حكم كلمة: رمضان كريم ؟
Mengenai hukum kalimat “Ramadan Karim”?
Beliau menjawab:
حكم ذلك أن هذه الكلمة: (رمضان كريم) غير صحيحة،
وإنما يقال: (رمضان مبارك)، وما أشبه ذلك،
لأن رمضان ليس هو الذي يعطي حتى يكون كريماً، وإنما الله تعالى هو الذي وضع فيه الفضل .
“Hukumnya adalah bawah kalimat ini “Ramadan Karim” (terjemahnya: Ramadan itu pemurah) adalah tidak benar.
Yang benar adalah “Ramadan Mubarak” (Ramadan yang diberkahi) atau yang semisal,
Karena bukan Ramadan yang memberi sehingga disebut pemurah, akan tetapi Allah Ta’ala yang memberikan keutamaan ini.” [Majmu’ Fatawa Syaikh Al-‘Ustaimin 20/254]
Ustadz Dr. Musyaffa' Ad Dariny, MA, حفظه الله تعالى selaku Dewan Pembina Yayasan Risalah Islam menjelaskan hendaknya mengikuti nash yang menyebut Ramadan dengan sebutan “Ramadan Mubarak” sebagaimana dalam hadits berikut:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ََََََُُْْ،ٌٌَََُْ،َََََََُُُِْْْ،َََََُُُِِِّْْْ،َََََُُُِِِِْْْ،ََََُُُِِِّّ،ٌٌٍَََََِِِِْْْْْ،ََََََََُُِِْْْ
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, BULAN MUBARAK (bulan yang diberkahi). Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”
(HR. Ahmad, shahih)
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait