Limbah Jadi Cuan: Dua Pelajar Payakumbuh Sulap Sisa Kain Bordir Jadi Produk Fashion Bernilai Budaya

PAYAKUMBUH,iNewsPadang.id – Potongan kecil kain bordir yang biasanya berakhir di tempat sampah, di tangan dua siswa SMA Negeri 3 Payakumbuh, justru menjelma menjadi karya seni bernilai tinggi. Mereka adalah Ahwana Rahmadani dan Syakifa Adisia Asti, dua remaja kreatif yang berhasil mengubah limbah menjadi peluang usaha berdaya jual tinggi.
Awalnya, niat keduanya hanya sekadar bereksperimen. Mereka prihatin melihat banyaknya limbah kain bordir sisa produksi yang berserakan dan tak terpakai. Dari keresahan itu, muncul ide cemerlang—bagaimana jika kain-kain cantik yang terbuang itu disulap menjadi produk fashion yang menarik?
"Kami lihat sayang sekali sisa-sisa kain itu dibuang begitu saja, padahal motif bordirnya unik dan bisa dikombinasikan dengan busana kekinian," kata Ahwana.
Berbekal semangat dan keinginan untuk belajar, Ahwana dan Syakifa lalu mendekati Elvidia Rosa, seorang desainer lokal yang mereka kenal. Tanpa ragu, Elvidia pun memberikan bimbingan, mulai dari teknik dasar desain hingga bagaimana memadukan warna dan tekstur kain secara harmonis.
Menariknya, eksperimen awal mereka justru menghasilkan karya-karya yang tak biasa. Pakaian berbahan denim yang dikombinasikan dengan bordiran khas, topi, tas, hingga outerwear—semuanya lahir dari tangan terampil dua pelajar ini. Produk-produk mereka bahkan mulai dikenal luas setelah dipamerkan dalam berbagai event dan dipasarkan lewat media sosial.
“Bimbing mereka itu menyenangkan. Mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi dan ide-ide segar yang sering kali muncul begitu saja,” tutur Elvidia Rosa.
Bukan sekadar produk fashion, setiap karya mereka juga membawa pesan budaya. Di setiap label produk yang mereka buat, tertempel barcode yang bisa dipindai oleh pembeli. Ketika discan, muncul informasi tentang adat dan budaya Minangkabau. Sebuah inovasi sederhana yang memadukan estetika dan edukasi.
"Kami ingin produk ini tak hanya menarik secara visual, tapi juga memberi nilai tambah. Jadi pembeli bisa tahu tentang kebudayaan kami di Minangkabau," ujar Syakifa.
Tak heran jika produk mereka laris manis, terutama saat momen pameran dan bazar lokal. Harganya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp100 ribu hingga Rp300 ribu, tergantung model dan tingkat kerumitan desain.
Kendala tentu ada, terutama dalam mencari bahan seperti denim yang cocok dipadukan dengan bordir. Namun, semangat berkarya membuat dua siswa ini tak berhenti mencoba.
Dari kain sisa yang semula tak bernilai, kini muncul peluang usaha yang menjanjikan. Kisah Ahwana dan Syakifa menjadi bukti bahwa kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan bisa melahirkan karya yang inspiratif dan bernilai ekonomi.
Editor : Agung Sulistyo