Fort de Kock Hill Mati, Peternak dan Kusir Kehilangan Akses Kawin Murah Berkualitas

BUKITTINGGI, iNewsPadang.id — Kepergian Fort de Kock Hill bukan hanya meninggalkan duka bagi para pengurus Puskeswan Bukittinggi, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan peternak dan kusir bendi.
Kuda pejantan asal Australia ini telah lama menjadi tulang punggung peningkatan kualitas genetik kuda lokal dengan biaya yang jauh lebih terjangkau dibandingkan menggunakan pejantan milik swasta.
"Kalau pakai pejantan Fort de Kock biayanya bisa Rp700 ribu sampai Rp1,5 juta tergantung grade. Tapi kalau ke stable swasta, bisa tembus Rp6 juta sampai Rp7 juta sekali kawin," jelas Kepala Dinas Pertanian Bukittinggi, Hendry. Ia menambahkan bahwa dalam sebulan, kuda ini bisa melayani enam kali kawin.
Fort de Kock Hill adalah satu-satunya kuda pejantan milik pemerintah daerah di seluruh Sumatera Barat. Keberadaannya selama ini telah membantu para peternak mendapatkan keturunan unggulan dengan harga terjangkau.
Manfaat ekonomisnya begitu terasa, terutama bagi peternak kecil dan kusir bendi yang tidak mampu mengakses stable pribadi yang mahal.
Menurut Surya Guswandi, anak kandang yang merawat kuda ini sejak 2008, “Kami sedih bukan hanya karena sayang, tapi juga karena kami tahu kuda ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Peternak dari seluruh Sumatera Barat datang ke sini untuk mengawinkan kudanya.”
Fort de Kock Hill akan dikuburkan di area Puskeswan, dan beberapa bagian tubuhnya akan diperiksa untuk mengetahui penyebab kematian.
Pemerintah kota berencana mendatangkan pejantan baru, namun Wali Kota Ramlan Nurmatias mengatakan masih menunggu pengkajian anggaran atau bantuan pusat. (*)
Editor : Wahyu Sikumbang