get app
inews
Aa Text
Read Next : VIRAL! Keluarga Pengantin Tersinggung dan Trauma, Momen Akad Nikah Tercoreng Ucapan Penghulu

Kenaf, Tanaman Serat Afrika yang Berpeluang Jadi Komoditas Unggulan Sumatera Barat

Kamis, 24 Juli 2025 | 23:03 WIB
header img
Daun tanaman kenaf yang mirip ganja kerap menimbulkan salah persepsi. Namun, kenaf adalah tanaman serat alami potensial untuk industri masa depan.

PAYAKUMBUH,inews Padang.id-Dalam keseharian, kita kerap bersentuhan dengan beragam produk seperti pintu, kusen, kertas, karpet, hingga komponen mobil dan pesawat. Namun, tak banyak yang tahu bahwa salah satu bahan baku pembuatan produk tersebut berasal dari serat tanaman bernama kenaf (Hibiscus cannabinus)

Tanaman kenaf merupakan spesies asli Afrika, khususnya Tanzania dan Kenya, yang telah dibudidayakan sejak 4.000 tahun sebelum masehi. Negara-negara seperti India, Tiongkok, dan Bangladesh bahkan telah menjadikannya komoditas unggulan melalui riset dan hilirisasi. Sayangnya, di Indonesia, terutama di Sumatera Barat, kenaf masih belum banyak dikenal.

“Dari hasil wawancara kami terhadap 100 petani di Sumbar, sekitar 87,5 persen belum mengetahui apa itu tanaman kenaf,” ungkap Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP., peneliti muda Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Padahal, tanaman yang sekilas mirip daun ganja ini memiliki potensi besar dikembangkan di daerah tropis. Daunnya menjari dan bergerigi, sehingga sering menimbulkan salah persepsi. “Kenaf bukan ganja, walau bentuk daunnya mirip,” tegas Silvia sambil tertawa.

Di Sumbar, budidaya kenaf masih terbatas, salah satunya karena benih belum tersedia luas di pasaran dan pasar hasil panennya belum terbentuk optimal. Melihat hal itu, tim peneliti Unand melakukan riset bertajuk ‘Uji Potensi Budidaya Kenaf Asal Afrika di Sumatera Barat’ yang didanai LPPM Universitas Andalas melalui skema Riset Luaran Buku (RLB) tahun 2025.

Riset dilakukan pada lahan seluas 1.500 meter dengan varietas KR 15. Hasilnya cukup menggembirakan. “Kenaf varietas KR 15 menunjukkan pertumbuhan optimal di agroklimat Sumatera Barat. Tingginya mencapai 323,4 cm dengan diameter batang 3,74 cm dalam 112 hari,” papar Silvia. Bobot segar batang mencapai 14,20 kg per tanaman, sementara bobot kering akar 235 gram, dengan rasio tajuk-akar 6,1.

Data ini membuktikan kenaf sangat adaptif dan berpotensi menjadi bahan baku industri serat alami. Hasil penelitian ini akan dipresentasikan pada Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Mataram, 24 Juli 2025.

“Harapan kami, Universitas Andalas dapat menjadi pusat pengembangan kenaf di Sumatera, bahkan Indonesia. Ini peluang besar untuk mendukung industri ramah lingkungan berbasis bioresources,” tutup Dr. Silvia.

Editor : Agung Sulistyo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut