Sungai di Agam Semakin Dangkal, Warga Cemas Terulangnya Galodo Marapi 2024

AGAM, iNewsPadang.id — Pendangkalan parah kembali terjadi pada aliran sungai lahar dingin Gunung Marapi yang melintasi Jorong Cangkiang, Nagari Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Warga yang bermukim di sepanjang bantaran sungai mengaku sangat cemas.
Mereka khawatir, jika tak segera dilakukan pengerukan, kondisi ini bisa memicu bencana galodo atau banjir bandang seperti yang pernah terjadi pada 11 Mei 2024 silam.
Sungai ini merupakan jalur utama aliran lahar dingin Gunung Marapi, yang berhulu dari Nagari Bukik Batabuah.
Dalam pengamatan warga, volume material yang menumpuk telah menyebabkan permukaan sungai naik drastis dan daya tampung air menurun signifikan.
“Kondisi sekarang, sungai telah mengalami pendangkalan parah karena tertimbun material lahar dingin. Di beberapa titik, tinggi tebing sungai bahkan ada yang cuma 30 cm, ini sangat mengkhawatirkan,” ungkap Rizal Sutan Mangkuto (37), seorang tokoh masyarakat Jorong Cangkiang, saat ditemui pada Minggu, 27 Juli 2025.
Ia menjelaskan, pengikisan tebing oleh arus deras juga telah menggerus area persawahan yang berada lebih tinggi dari jalur sungai.
"Untuk saat ini, kondisi sungai sama sekali tak siap menampung aliran air dalam jumlah besar. Kita takut nantinya air malah tiba di pemukiman dan memicu bencana," ujarnya.
Sebenarnya, pengerukan sungai sempat dilakukan pascagalodo besar tahun 2024 lalu. Namun menurut Rizal, volume material yang terbawa sejak saat itu hingga kini membuat sungai kembali dangkal.
Mewakili warga, ia pun meminta perhatian serius dari pemerintah, terutama karena wilayah ini termasuk yang paling terdampak dan rawan.
"Sebagai antisipasi, kita harap pemerintah melakukan pengerukan lagi, sebab dibanding lokasi lain, di sini pendangkalan lebih parah," tegasnya.
Kekhawatiran warga makin menjadi ketika pada Jumat malam, 25 Juli 2025 sekitar pukul 19.30 WIB, debit air sungai mendadak meningkat tajam.
Hujan deras yang mengguyur wilayah hulu diduga sebagai penyebab utama.
Meski tak sampai meluap, momen itu cukup membuat panik karena warga masih trauma dengan galodo tahun lalu yang merendam sedikitnya 60 rumah dan menimbun puluhan hektare lahan pertanian.
Di sekitar sungai tersebut terdapat sembilan bangunan, termasuk satu pondok pesantren, yang letaknya sangat dekat dengan bibir sungai.
Sementara itu, kawasan permukiman terdekat hanya berjarak sekitar 50 hingga 100 meter dari sungai.
Dalam peristiwa 2024 lalu, area ini termasuk yang terdampak paling parah.
“Untuk saat ini, pengerukan sungai yang dangkal sangat diperlukan,” pungkas Rizal.
Editor : Wahyu Sikumbang