JAKARTA, iNews.id - Berbicara mengenai budaya Minang dan Padang, tak melulu seputar tarian dan adat istiadat. Bagi Rin Hermana dan Praz Teguh, komika dan konten kreator asal Padang, ibu kota provinsi Sumatera Barat itu lebih dari sekadar kampung halaman, tapi rumah dengan budaya yang kaya bagi mereka.
Dari segi sikap orang-orang di dalamnya, budaya anak mudanya, kulinernya dan masih banyak lagi. Mereka berdua pun menumpahkan segala cerita di podcast Sopanstek.
Di dalam podcast Sopanstek Noice, Rin dan Praz mengungkapkan cerita dan kekagetan mereka bertemu dengan lingkungan baru di Jakarta yang sangat berbeda dengan Kota Padang, tanah kelahiran mereka. Mulai dari sikap tidak sopan dari beberapa orang-orang di Jakarta yang mereka temui dan di luar ekspektasi sehingga sulit dipahami.
“Sopanstek dalam bahasa Padang artinya ‘Sopan Sedikit!”, kami memilih judul ini sebagai kiasan terhadap hal-hal yang kami bahas di podcast ini. Sebagai orang Padang, kami melihat adanya perbedaan budaya yang mencolok dan cukup mengagetkan kami ketika merantau ke Jakarta, terutama dari segi kesopanan masyarakatnya hingga budaya lainnya.
Di podcast ini kami ingin berbagi cerita dan pastinya mengambil pelajaran dari hal-hal yang kami bahas disini karena bagi kami, ragam budaya yang ada di berbagai kota di Indonesia saling melengkapi dan selalu seru untuk dibahas!” kata Praz Teguh, podcaster Noice Original ‘Sopanstek’ kepada media di awal 2023.
Rin dan Praz yang terbiasa hidup di kampung halaman dengan segala hal yang mudah, dihadapkan dengan situasi rantau yang asing bagi mereka. Episode pertama membahas tentang budaya clubbing di Jakarta, dan membandingkan hal itu dengan keadaan di Padang.
Salah satu hal kocak yang dibahas oleh Praz dan Rin adalah pengalaman mereka di saat mulai menggunakan kata kata “gue” dan “lo” di Jakarta. “Di tahun 2019 barulah saya perlahan ngomong gue, gue, gue, latihan dulu di rumah sebelum berangkat. Gue anak gaul mau beradaptasi dengan ibu kota” canda Praz dalam podcast Sopanstek.
Di episode ke-2 podcast Sopanstek, Praz dan Rin juga menceritakan tentang kebiasan berutang yang sering dijumpai di Jakarta. Dimana terkadang jika kita tidak meminjamkan, orang yang bersangkutan akan mengamuk, tetapi ketika diperbolehkan untuk meminjam, uang tidak akan dikembalikan.
Di akhir podcast, Rin dan Praz membahas bahwa apakah hal seperti ini harus di wajarkan dan tentunya akan menjadi sebuah miskonsepsi budaya, atau justru harus diluruskan.
Tidak hanya untuk didengarkan oleh orang Padang, Praz dan Rin mengatakan semua anak rantau yang ada di Indonesia akan relate dengan bahasan di podcast ini ketika pertama kali sampai ke ibu kota. “Tetapi karena kita orang Minang, kita mengambil sudut pandang kita aja” ujar Rin dalam podcast Sopanstek.
Chief Business Officer (CBO) Noice, Niken Sasmaya mengatakan sebagai platform konten audio lokal terkemuka di Indonesia, pihaknya ingin merangkul lebih banyak lagi kreator-kreator dari berbagai daerah untuk menghadirkan karya mereka di Noice, serta membawa topik-topik yang relevan dengan masyarakat di daerahnya. Bahkan dalam bahasa dan dialek lokal.
"Bagi para perantau dari Minang seperti Rin dan Praz, mendengarkan podcast Sopanstek tentu rasanya sangat dekat, bikin rindu dengan kampung halaman.” katanya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta