Bukittinggi Jadi Percontohan Nasional, Kawasan Jalan Sudirman Disiapkan Jadi Kota Lama Modern

BUKITTINGGI, iNewsPadang.id — Pemerintah Kota Bukittinggi resmi menyepakati kawasan kota lama di koridor Jalan Sudirman dan sekitarnya sebagai pilot area untuk perancangan konsep kota terpadu berbasis sejarah dan keunikan lokal.
Penetapan ini disampaikan dalam pertemuan antara Wali Kota Bukittinggi, H. Ramlan Nurmatias, SH Dt. Nan Basa, bersama Tim Konsultasi Integrated City Planning (ICP) yang dipimpin oleh Fachmy Sugih Pradifta, ST, MT, pada 26 Juni 2025 di Rumah Dinas Wali Kota Bukittinggi.
Agenda ini merupakan bagian dari program nasional yang digagas oleh United Nations Development Program (UNDP) bersama Kementerian PUPR, dengan pendanaan dari Bank Dunia.
Bukittinggi menjadi salah satu dari sepuluh kota dan kabupaten di Indonesia yang ditunjuk sebagai daerah percontohan dalam penyusunan desain perencanaan kota terpadu.
Pengembangan ini dirancang menggunakan pendekatan place making, yaitu menata kawasan dengan mengangkat identitas lokal yang khas.
Wali Kota Bukittinggi menyambut positif kolaborasi ini dan berharap desain yang akan dikembangkan tidak hanya memperkuat nilai sejarah kota, tetapi juga memberdayakan masyarakat melalui aktivitas kreatif yang relevan dengan kekayaan budaya lokal.
“Kami ingin generasi muda Bukittinggi bisa ikut serta dalam proses pembangunan kota yang tetap berakar pada sejarah dan jati diri daerah,” ujarnya.
Sebelum penetapan kawasan Jalan Sudirman sebagai pilot area, tim ICP telah melakukan kajian awal sejak 23 Juni 2025 dan berdialog intensif dengan beragam pemangku kepentingan, termasuk akademisi, penggiat sejarah, komunitas kreatif, asosiasi pedagang, dan tokoh masyarakat.
Tiga kawasan sempat masuk nominasi, yaitu Kawasan Jam Gadang, Kota Lama di Koridor Jalan Sudirman, dan Kawasan Panorama Baru.
Setelah mempertimbangkan nilai historis dan potensi revitalisasi kawasan, koridor Jalan Sudirman dipilih sebagai prioritas utama.
Pertemuan kali ini turut dihadiri oleh Rismal Hadi (Asisten II), Rahmat Afrisyaf Elsa (Kadis PUPR), Efri Yoni Baikoeni (sejarawan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat), dan Rismaidi Tuanku Bagindo (tokoh masyarakat), yang memberikan masukan terkait warisan sejarah Kota Bukittinggi, termasuk peran vitalnya sebagai ibu kota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada tahun 1948–1949.
Program ini diharapkan tidak hanya memperkuat identitas visual dan budaya kota, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kota-kota lain dalam membangun ruang publik yang berkelanjutan dan inklusif.
Dengan pendekatan kolaboratif ini, Bukittinggi bersiap melangkah menjadi kota sejarah yang hidup di tengah dinamika zaman. (*)
Editor : Wahyu Sikumbang