get app
inews
Aa Text
Read Next : Wapres Gibran Tinjau Agam, Pemerintah Pusat Kerahkan Bantuan Besar untuk Palembayan

Trauma Banjir Agam: Neng Hartati Berharap Relokasi Hingga Kirim Pesan Khusus ke Presiden

Jum'at, 05 Desember 2025 | 14:43 WIB
header img
Evakuasi banjir Sumatera Barat. Foto: Ist

AGAM, iNewsPadang.id – Seminggu pasca-banjir bandang dan longsor hebat menerjang Nagari Salareh Aia, Palembayan, Agam, Sumatera Barat, ratusan korban masih bertahan di posko pengungsian. Bantuan logistik memang mengalir tak henti, namun kebutuhan mendesak kini beralih: tempat tinggal sementara dan relokasi permanen.

Neng Hartati (48), salah satu korban yang rumahnya hancur, mengungkapkan bahwa kehidupan berdesakan di posko pengungsian mulai menjadi masalah, terutama dengan banyaknya anak-anak dan warga lanjut usia.

“Kami sudah cukup dengan bantuan makanan. Sekarang, inginkan dibikinkan rumah sementara dulu. Kalau bisa, kami sekeluarga direlokasi ke tempat yang benar-benar aman,” tutur Neng dengan nada berharap, Kamis (4/12/2025).

Neng bahkan secara spesifik mengirim pesan kepada pemimpin negara. “Kami berharap Bapak Presiden (Prabowo Subianto) bisa membantu kami yang rumahnya sudah rata dengan tanah ini,” tambahnya.

Detik-Detik Mencekam "Air Gemuk" dan Terpisah dari Anak

Neng menceritakan kembali momen mencekam pada Kamis sore (27/11/2025) pukul 17.00 WIB, ketika air deras tiba-tiba datang dari belakang permukiman warga. Ia menggambarkan air yang datang sebagai "besar sekali, gemuk."

Dalam hitungan detik, ia dan warga lain harus berlari menyelamatkan diri. Mereka sempat terjatuh dan akhirnya terpaksa berpegangan pada dinding dapur rumah tetangga. Saat hujan kembali turun dan air pasang, Neng bersama sembilan orang lainnya terpaksa memanjat dan berdiam di loteng rumah warga selama tiga jam dalam keadaan gelap gulita tanpa penerangan.

Yang paling menghancurkan hati Neng adalah ketika anak laki-lakinya yang berusia 11 tahun terseret arus bersama empat temannya. Neng terhalang kayu-kayu besar yang dibawa banjir dan tak mampu mengejar.

“Alhamdulillah, kelimanya selamat. Saya baru ketemu anak saya pukul 22.00 WIB di posko,” ucap Neng, matanya menyiratkan rasa syukur bercampur trauma.

Rumah Tertimbun dan Sulitnya Akses Air Bersih

Baru enam hari setelah kejadian, Neng memberanikan diri menengok rumahnya. Kondisinya hancur lebur; sebagian besar rumahnya sudah tertimbun lumpur, termasuk dua mobil yang terparkir di dalamnya.

“Hati saya hancur. Tidak ada lagi yang bisa diselamatkan,” katanya.

Saat ini, selain berdesakan di posko, Neng dan warga lain juga kesulitan mengakses air bersih. Mereka harus menumpang sumur bor di rumah sebagian kecil tetangga yang selamat. Suami Neng, yang bekerja di pabrik sawit, bahkan harus mengambil izin khusus karena rumah mereka dinyatakan rusak total.

Neng menegaskan, meski kelak rumahnya bisa diperbaiki, dia sudah tidak bisa lagi tinggal di lokasi banjir Sumbar tersebut karena trauma yang mendalam.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut