JAKARTA, iNewsPadang.id – Musibah cuaca ekstrem yang melanda Sumatera Barat (Sumbar) telah menimbulkan dampak tragis dan kerugian besar.
Wakil Gubernur (Wagub) Sumbar, Vasko Ruseimy, melaporkan bahwa data terakhir mencatat 12 orang meninggal dunia dan sekitar 12.000 jiwa terdampak bencana ini. Data ini disampaikan Vasko dalam rapat tingkat menteri yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis (27/11/2025).
Wagub menjelaskan bahwa bencana banjir Sumbar ini telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur darat. Tantangan utama yang kini dihadapi Pemerintah Provinsi Sumbar meliputi pembersihan material, perbaikan darurat infrastruktur vital, dan pemulihan akses komunikasi yang terputus.
“Titik longsor di badan jalan yang amblas, [dan] pohon tumbang di beberapa kabupaten dan kota,” ucapnya, menggambarkan luasnya kerusakan yang terjadi.
Menyikapi musibah ini, Pemerintah Provinsi Sumbar telah mengambil langkah cepat dengan menetapkan status tanggap darurat di tingkat provinsi, serta di beberapa kabupaten dan kota yang terdampak langsung oleh cuaca ekstrem.
Berdasarkan Data Pusat Pengendalian Operasi BPBD Provinsi Sumbar, cuaca ekstrem berdampak di 17 kelurahan yang tersebar di 7 kecamatan di Kota Padang. Di Ibu Kota Provinsi, cuaca ekstrem ini menyebabkan banjir, longsor, dan pohon tumbang di 14 titik berbeda.
Salah satu insiden paling memilukan terjadi di Lubuk Minturun, Koto Tengah, Kota Padang. Volume debit air yang besar menerjang sejumlah rumah di bantaran Sungai Minturun pada dini hari, sekitar pukul 04.00 WIB.
Material batang pohon dan lumpur merusak rumah warga, menyebabkan empat warga meninggal dunia. Selain itu, jembatan penghubung di Koto Luar, Kecamatan Pauh, Kota Padang, juga putus total akibat dihantam material yang hanyut terbawa arus banjir yang deras.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
