Menurut Surya, Fort de Kock Hill bukan sekadar kuda, tetapi sumber harapan bagi peternak kuda dan kusir bendi di Sumatera Barat. “Dengan adanya kuda ini, peternak dari berbagai daerah datang mengawinkan kuda mereka ke sini. Biayanya jauh lebih murah dibandingkan kawin silang dengan pejantan milik swasta. Kalau Fort de Kock Hill ini dikalkulasikan sekarang, nilainya mencapai Rp2,5 miliar,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan salah satu anak Fort de Kock Hill, Romantic Spartan, saat ini berumur tiga tahun dan sedang berlaga di arena pacuan di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittinggi, Hendry, menyampaikan bahwa penyebab pasti kematian Fort de Kock Hill masih belum bisa dipastikan.
“Di kakinya memang ada sakit sedikit. Tadi juga sempat reaktif, semacam melompat lalu pingsan. Sudah dicoba diinfus dan diperiksa, ternyata dia sudah mati,” jelas Hendry.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittinggi, Hendry, menjelaskan kronologis kematian kuda Fort de Kock Hill di UPTD Puskeswan. Foto: Wahyu Sikumbang
Beberapa bagian tubuh kuda tersebut akan diambil untuk pemeriksaan laboratorium, dan jenazahnya akan dikuburkan di area Puskeswan, Jalan Pandan Banyak, Komplek Kehakiman III, Talao, Bukittinggi.
Editor : Wahyu Sikumbang
Artikel Terkait