“Kami masih menunggu laporan lengkap soal penyebab kematian, tapi sudah ada rencana mendatangkan pejantan baru, mungkin dari Australia lagi. Tentu akan kita sesuaikan dengan kemampuan anggaran atau mencoba mengupayakan bantuan dari pusat,” kata Ramlan.
Kepergian Fort de Kock Hill bukan hanya kehilangan secara emosional bagi mereka yang merawatnya, tetapi juga kehilangan simbol kemajuan pembibitan kuda di Sumatera Barat.
Meski telah tiada, warisan genetiknya dan jejak prestasinya akan terus hidup dalam anak-anaknya yang kini berlaga di gelanggang pacuan tanah air. (*)
Editor : Wahyu Sikumbang
Artikel Terkait