Kronologis Kuda Legendaris Bukittinggi Fort de Kock Hill Mati, Penggemar Kuda Pacu Berduka

Wahyu Sikumbang
Petugas Puskeswan, mantan Wali Kota Bukittinggi Djufri, dan sejumlah peternak tampak berduka saat menyaksikan jasad kuda pejantan legendaris Fort de Kock Hill yang terbujur kaku di halaman Puskeswan. Foto: Wahyu Sikumbang

Selama hidupnya, Fort de Kock Hill telah memberi banyak kontribusi dalam pembibitan kuda. Biaya kawin dengan kuda ini tergolong murah, mulai dari Rp700.000 hingga Rp3 juta, tergantung grade. “Kalau pakai pejantan swasta, bisa sampai Rp6 juta sampai Rp7 juta. Jadi, manfaatnya besar sekali, apalagi bagi kusir bendi dan peternak kecil,” imbuh Hendry.

Mantan Wali Kota Bukittinggi, Drs. Djufri, yang menjabat saat pengadaan Fort de Kock Hill, mengungkapkan rasa kehilangan yang sama.

“Kuda ini kami beli karena punya genetik Celeb Grade dari Australia, sangat superior. Anaknya sudah banyak juara di level nasional,” kata Djufri. Ia menambahkan bahwa kehadiran Fort de Kock Hill telah membantu peningkatan kualitas genetik kuda lokal menjadi grade 1 hingga grade 4.

“Kuda umur delapan bulan saja bisa bernilai Rp70 juta jika berasal dari silsilah ini. Sementara kuda lokal paling hanya sekitar Rp30 juta,” ujarnya.


Fort de Kock Hill, kuda asal Australia yang telah menjadi bagian dari sejarah Bukittinggi sejak dibeli pada 2008. Keberadaannya berdampak pada kualitas genetik kuda pacuan, meningkatkan kelas dan prestasi. Foto: Istimewa

Sebagai bentuk kelanjutan program, Wali Kota Bukittinggi saat ini, Ramlan Nurmatias, menyatakan pihaknya berencana mendatangkan kuda pejantan baru dari luar negeri sebagai pengganti Fort de Kock Hill.

Editor : Wahyu Sikumbang

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network