PADANG, iNEWSPadang.ID — Aktivitas pasar modal di Sumatera Barat menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang 2025. Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumbar mencatat nilai transaksi Oktober menembus Rp3,8 triliun, melonjak jauh dibanding September yang berada di angka Rp2,8 triliun. Angka itu juga berada di atas rerata bulanan sekitar Rp900 miliar pada periode sebelumnya.
Kepala BEI Sumbar, Early Saputra, mengatakan total transaksi sepanjang Januari–Oktober 2025 telah mencapai Rp17,99 triliun atau rata-rata Rp1,79 triliun per bulan. “Kenaikan ini menunjukkan minat masyarakat terhadap pasar modal semakin kuat, ditopang edukasi yang masif dan kemudahan akses investasi,” ujarnya.
Kota Padang menjadi penyumbang transaksi terbesar dengan Rp1,95 triliun dan 76.775 investor. Disusul Kabupaten Pasaman Barat sebesar Rp373,95 miliar, Kota Bukittinggi Rp268,6 miliar, dan Kabupaten Agam sebanyak Rp244,53 miliar. Total investor di seluruh Sumbar kini mencapai 264.595 orang per 31 Oktober 2025.
Peningkatan ini tidak lepas dari gencarnya kegiatan edukasi yang digelar sepanjang tahun. BEI Sumbar mencatat 3.280 aktivitas inklusi keuangan, baik secara luring, daring, maupun hybrid, bekerja sama dengan anggota bursa, bank, dan Galeri Investasi BEI. Sekolah Pasar Modal telah diikuti 23.035 peserta, sementara kegiatan non-SPM seperti kuliah umum dan seminar menjangkau lebih dari 1,47 juta peserta.
Jumlah investor baru juga bertambah signifikan. Hingga 31 Oktober, tercatat penambahan 68.846 SID atau naik 35 persen dibanding akhir 2024. Pusat layanan BEI Sumbar kini memiliki enam fasilitas anggota bursa, lima diantaranya sudah dimanfaatkan oleh perusahaan sekuritas nasional.
Program literasi juga diperluas lewat pelatihan Duta Pasar Modal yang diikuti 96 mahasiswa dari berbagai kampus pemilik Galeri Investasi. BEI Sumbar berharap mereka siap menjadi penggerak literasi keuangan pada 2026. Tahun ini juga berlangsung program Guruku Investor Saham yang melibatkan lebih dari seribu guru SMA dari enam sekolah di Sumbar.
Menurut Early, akselerasi literasi dan akses inilah yang menjadi motor utama pertumbuhan transaksi. “Semakin banyak masyarakat memahami cara kerja pasar modal, semakin besar pula peluang mereka memanfaatkan instrumen investasi secara sehat,” tuturnya.
Editor : Wahyu Sikumbang
Artikel Terkait
