AGAM, iNEWSPadang.ID — Pengungsi korban banjir bandang di SD Negeri 05 Kayu Pasak, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, masih menghadapi berbagai kesulitan setelah lebih dari satu pekan bertahan di lokasi pengungsian.
Air bersih yang terbatas dan kondisi psikologis anak-anak menjadi masalah paling mendesak untuk segera ditangani.
Ibnu Rianda, salah seorang warga Kayu Pasak yang mengungsi bersama keluarganya, mengungkapkan bahwa ketersediaan air bersih hingga Sabtu, 6 Desember, masih jauh dari mencukupi.
Untuk berwudhu, para pengungsi bahkan terpaksa menggunakan air minum dalam kemasan. Ia berharap pasokan air bersih dapat ditambah demi memenuhi kebutuhan makan, minum, dan fasilitas MCK.
Warga pengungsi menyampaikan keluhan kebutuhan bantuan kepada wartawan di lokasi pengungsian, Sabtu (6/12/2025). Foto: Wahyu Sikumbang
“Terutama kami butuh air. Tadi kami ambil wudhu dengan air galon. Anak-anak ini juga sangat terpukul mentalnya. Banyak yang trauma setelah melihat adiknya hanyut atau mendengar suara gemuruh air. Sampai sekarang mendengar suara pesawat saja mereka takut. Kami mohon didatangkan dokter untuk trauma healing,” ujar Ibnu.
Kebutuhan pemulihan tidak hanya menyangkut aspek psikologis, tetapi juga keadaan ekonomi keluarga.
Novita Rita, pengungsi lain, mengatakan ia berharap tidak terlalu lama tinggal di pengungsian.
Rumahnya rusak berat, sementara usaha menjahit yang menjadi sumber nafkah kini ikut hanyut.
“Usaha sudah hancur, rumah hancur. Mesin jahit dan peralatan sudah tidak ada. Kalau dapat modal, kan bisa saya pakai untuk mulai lagi demi membesarkan anak-anak,” kata Rita.
Pengungsi menyampaikan kebutuhan dan kondisi terkini kepada donatur dari rombongan Wali Kota Bukittinggi, lusa (Kamis, 4/12/2025). Foto: Wahyu Sikumbang
Sementara itu, bantuan logistik mulai mengalir ke posko pengungsian dan posko tanggap darurat. Kebutuhan pangan seperti beras, mi instan, air mineral, telur, makanan ringan dan roti sudah semakin banyak tersedia dan didistribusikan ke kantong-kantong pengungsian.
Namun, para pengungsi menegaskan bahwa kebutuhan air bersih, layanan pemulihan psikologis untuk anak-anak, serta dukungan pemulihan ekonomi tetap menjadi prioritas utama.
Editor : Wahyu Sikumbang
Artikel Terkait
