Rangkaian kegiatan turut diisi dengan ajakan konsumsi tablet tambah darah, pemberian apresiasi kepada kader dan local champion, serta pameran praktik baik hasil implementasi program di lapangan. Masyarakat menampilkan demplot pangan dari pemanfaatan pekarangan, seperti terong, pepaya, tomat, cabai, dan seledri, serta sajian menu sehat sesuai standar gizi seimbang bagi balita, ibu hamil, dan remaja.
Melalui forum berbagi ini, masyarakat saling bertukar pengalaman mengenai upaya pencegahan stunting yang realistis dan selaras dengan potensi lokal. Menurut Hera, pendekatan tersebut menjadikan Ayo Cegah Stunting sebagai pelengkap intervensi pemerintah. “Program ini dirancang untuk memastikan perubahan perilaku gizi dan kesehatan dapat berjalan secara berkelanjutan di tingkat keluarga dan komunitas,” katanya.
Hingga 10 November 2025 lalu, program Ayo Cegah Stunting telah memberikan pendampingan gizi kepada 1.050 keluarga dan 97 ibu hamil, mengedukasi 1.221 remaja, memperkuat kapasitas 44 kader, menetapkan dua posyandu percontohan, meluncurkan satu aplikasi pemantauan, serta membagikan 23.815 bibit tanaman untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi keluarga.
Editor : Wahyu Sikumbang
Artikel Terkait
