“Saya sangat membutuhkan Ibu saya, karena hanya beliau yang sejak lahir membesarkan saya seorang diri. Kalau Ibu saya dideportasi lagi, saya akan terlantar dan masa depan saya akan hancur,” tulis Zahira dengan nada pilu.
Kasus ini menimbulkan keprihatinan publik. Di satu sisi, aturan imigrasi mengikat. Namun di sisi lain, aspek kemanusiaan dan hak anak patut dipertimbangkan.
Zahira masih sekolah, tidak memiliki ayah yang bertanggung jawab, dan hanya bergantung pada ibunya.
Harapannya kini tertuju pada kebijakan pemerintah dan sistem yang baik agar Nur Amira tetap diizinkan tinggal di Indonesia, tanah yang telah menjadi rumahnya selama tiga dekade.
Editor : Wahyu Sikumbang
Artikel Terkait
