AGAM, iNEWSPadang.ID — Bencana hidrometeorologi yang melanda Kabupaten Agam sejak 19 November 2025 terus memperlihatkan dampak besar terhadap keselamatan warga dan infrastruktur daerah. Hujan ekstrem memicu banjir, banjir bandang, longsor, serta angin kencang di 16 kecamatan.
Data terbaru Posko Tanggap Darurat Kabupaten Agam per 30 November 2025 pukul 23.00 WIB mencatat sebanyak 120 orang meninggal dunia dan 74 lainnya masih hilang. Sebanyak 6.300 jiwa mengungsi ke berbagai titik aman.
Sejumlah wilayah paling terdampak mencakup Palembayan, Malalak, Tanjung Raya, Palupuh, serta sebagian Kamang Magek dan Baso. Ribuan warga kehilangan rumah, lahan produksi, serta ternak akibat terjangan material banjir bandang dan runtuhan tanah.
Dari pendataan awal, terdapat 83 rumah rusak berat, 50 rusak sedang, dan 704 unit rusak ringan. Infrastruktur juga mengalami kerusakan signifikan dengan delapan jembatan terdampak dan 2.801 meter jalan terputus. Kerusakan lahan pertanian mencapai 829,81 hektare, sementara sektor peternakan dan perikanan turut menanggung kerugian.
Posko Tanggap Darurat Bencana Kabupaten Agam menyampaikan ralat penting terkait estimasi kerugian. Jika sebelumnya dilaporkan mencapai Rp123 miliar, maka setelah verifikasi ulang angka tersebut dikoreksi menjadi Rp59.820.413.000. Koreksi ini dilakukan setelah pencocokan ulang data kerusakan fisik dan ekonomi di tingkat nagari serta penyisiran ulang titik terdampak.
Petugas gabungan hingga kini masih melakukan pencarian korban hilang di beberapa area yang terpenuhi material tebal dan sulit dijangkau.
Kapolres Agam menyampaikan, “Medannya berat, tapi pencarian tidak kita hentikan. Kita berupaya memberikan kepastian kepada keluarga korban.”
Di sejumlah lokasi, pembersihan akses dan pembukaan jalur darurat terus dilakukan untuk memudahkan distribusi bantuan.
Pemerintah Kabupaten Agam mengimbau masyarakat di kawasan rawan agar tetap meningkatkan kewaspadaan.
Bantuan logistik terus dialirkan ke titik-titik pengungsian, sementara masyarakat dapat turut membantu melalui saluran donasi resmi pemerintah daerah.
Tragedi ini tercatat sebagai salah satu bencana hidrometeorologi terbesar di Agam dalam beberapa tahun terakhir.
Upaya evakuasi, identifikasi, dan pemulihan masih berlangsung untuk memastikan kebutuhan ribuan penyintas terpenuhi serta akses publik kembali berfungsi.
Editor : Wahyu Sikumbang
Artikel Terkait
