BUKITTINGGI, iNewsPadang.id — Kabar meninggalnya kuda pejantan legendaris Fort de Kock Hill pada Kamis (10/7/2025) tidak hanya mengguncang dunia peternakan dan olahraga pacuan di Sumatera Barat, tetapi juga meninggalkan duka yang mendalam bagi Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias.
Sebagai seorang kepala daerah yang juga memiliki kecintaan besar terhadap olahraga pacuan kuda, Ramlan menyebut kematian kuda ini sebagai kehilangan besar bagi kota dan masyarakat.
"Ini bukan sekadar kehilangan kuda pejantan, tapi kehilangan simbol kejayaan kita di dunia pacuan. Ikon kita telah tiada," ungkap Ramlan saat dimintai keterangan via ponsel beberapa jam usai kematian kuda.
Ia mengaku belum menerima laporan lengkap soal kronologis kematian Fort de Kock Hill, namun menyadari bahwa usia hewan tersebut sudah cukup lanjut.
Fort de Kock Hill, kuda asal Australia yang telah menjadi bagian dari sejarah Bukittinggi sejak dibeli pada 2008. Keberadaannya berdampak pada kualitas genetik kuda pacuan, meningkatkan kelas dan prestasi. Foto: Istimewa
Kuda asal Australia itu memang telah menjadi bagian dari sejarah Bukittinggi sejak dibeli pada 2008 oleh Wali Kota sebelumnya, Drs. Djufri, dengan dana APBD senilai Rp800 juta.
Keberadaan Fort de Kock Hill tidak hanya berdampak pada kualitas genetik kuda pacuan di wilayah ini, tetapi juga menjadi pemantik semangat komunitas kuda pacu lokal untuk meningkatkan kelas dan prestasi.
Sebagai seorang penggemar dan pemilik kuda pacuan, Ramlan memahami betul peran penting Fort de Kock Hill. Anakan dari kuda ini, seperti Romantic Spartan, telah berlaga di berbagai gelanggang nasional.
Lebih dari itu, pejantan ini juga membantu banyak peternak dan kusir bendi mendapatkan keturunan unggulan dengan biaya yang terjangkau, berkat program pemerintah yang bersifat subsidi.
"Pacuan bukan sekadar hiburan. Ia adalah budaya, ekonomi, dan kebanggaan kita. Dan Fort de Kock Hill adalah penopangnya selama hampir dua dekade," ujar Ramlan.
Merespons duka yang dirasakan banyak pihak, Ramlan memastikan pemerintah kota akan mengupayakan pengganti pejantan Fort de Kock Hill. Ia menyebut kemungkinan mendatangkan kuda pejantan baru dari Australia atau negara lain, tergantung dukungan anggaran maupun peluang bantuan dari pusat.
"Kita lihat dulu kemampuan anggaran. Tapi saya pribadi punya niat kuat agar Bukittinggi tetap punya pejantan unggulan. Ini bukan soal simbol, ini soal masa depan pacuan kita," katanya penuh keyakinan.
Rencananya, Fort de Kock Hill akan dimakamkan secara layak di area Puskeswan, tempat di mana ia tumbuh dan berjasa.
Pemkot juga akan membentuk tim kecil untuk mengevaluasi kebutuhan regenerasi pejantan guna menjaga kesinambungan program pembibitan.
Kematian Fort de Kock Hill menandai akhir dari satu era. Namun bagi Wali Kota Ramlan, semangat yang ditinggalkan kuda legendaris itu akan menjadi dasar untuk melanjutkan warisan dan memacu semangat baru dalam dunia kuda pacuan Bukittinggi. (*)
Editor : Wahyu Sikumbang
Artikel Terkait